Upakara adalah hal yang tidak pernah terlepas dari pulau Bali, setiap hari besar keagamaan di Bali pastilah mempergunakan sesajen/upakara sebagai cetusan bakti dan syukur kehadapan sang pencipta. Ada beragam jenis upakara yang kita kenal di Bali diantaranya adalah segehan wong. Secara umum segehan adalah simbol dari penetralisir kekuatan negatif yang ada di bumi. Secara spesifik segehan wong merupakan segehan yang digunakan ketika ada "kebrebehan" sakit yang berkepanjangan, pemangguh pemali ataupun penangkal ilmu hitam, hal tersebut telah diyakini dan melekat kuat dalam diri masyarakat Bali.
Mengenai fungsi lain dari segehan wong, di dalam lontar Kanda Pat dijelaskan bahwa, segehan wong atau wong wongan juga berfungsi sebagai persembahan kepada Sang Kanda Pat. Mengapa kita perlu mempersembahkan segehan wong?. Kanda Pat adalah "pangemit urip" atau yang menjaga manusia dari segala mala bahaya. Sebagai ungkapan terimakasih kita kehadapan Kanda Pat maka diwujudkan dalam bentuk segehan, selain itu menghaturkan segehan kepada Kanda Pat juga bermakna sebagai penetralisir energi negatif dari alam.
Segehan wong wongan ini dihaturkan di bawah pelinggih Bhatara Hyang Guru ketika seseorang melaksanakan upacara pawetonan, mengapa demikian?. Pawetonan adalah peringatan kelahiran manusia lahir di bumi, ketika manusia lahir ke bumi di barengi dengan lahirnya Kanda Pat sebagai pengawal sang cabang bayi lahir ke bumi, pengawal yang dimagsud adalah darah, air ketuban,lemak dan ari-ari, yang senantiasa menemani manusia ketika berada di dalam kandungan sang ibu. Maka dari itulah pentingnya menghaturkan segehan ini ketika melaksanakan pawetonan sebagai ungkapan terimaksih karena telah menjaga kita baik ketika lahir maupun menjalani kehudupan sehari hari.
Langganan:
Postingan (Atom)
Follow Us